Rabu, 13 Mei 2015

Seberapa besar cintaku padamu?



Kali ini aku terjatuh lagi 

Terjatuh ke dalam lubang rasa yang selama ini mati matian aku hindari

Aku adalah orang yang terlalu mudah menggantungkan angannya kepada orang lain namun tak mampu mengakuinya

Aku adalah orang yang dengan tegas menyampaikan apa yang ku yakini namun selalu saja menangisinya

Aku adalah orang yang kembali harus menata hati ketika aku tau bahwa dia tak kokoh lagi

---

Sebesar apa cintaku padamu? Waktu kelak yang akan memberitahu

Karena rasa ini belum pantas diucap. Tidak selagi aku belum siap

Karena satu ucapan bisa menodai hati. Noktah maksiat yang menenggelamkan diri

Aku terlanjur terjerembab dalam lubang rasa. Bicara atau diam itu sama sama menyiksa

Namun bila terucap bukan hanya menyiksa namun sisakan dosa. Karena kita sama sama belum siap dan memendam rasa bisa jadi nista

Masa depanku dan masa depanmu siapa yang tahu? Namun terkadang kebodohan mengambil alih akal sehatku

Kukira dengan mencurahkan rasa ini padamu akan menenangkan. Padahal kutahu itu awal musibah yang berujung pada penyesalan

Maka mungkin diam adalah jalan yang terbaik. Atau kujadikan saja ia beberapa lirik?

Bagaimanapun aku tak punya muka. Bila harus memulai dengan maksiat

Maka biarlah rasa ini masih terpendam tanpa diungkap. Sampai waktunya aku mampu dan pantas untuk bercakap

Seberapa besar cintaku padamu? Mungkin engkau takkan pernah tahu.

Repost Ust. Felix Siauw


Mentari
13 Mei 2015 Pukul 20.13 WIB

Sabtu, 13 Desember 2014

Aku Rindu Lagi

Lagi, hari ini aku merindu
Kembali merindukanmu
Seperti kemarin
Adakah penawar rindu selain dengan mengungkapkannya?
Aku benar - benar butuh penawarnya
Rasa ini membuat dadaku sesak
Membuat tidurku gelisah
Biarlah rindu ini ku terjemahkan dalam doa - doaku kepadaNya
Biarlah rindu ini ku abadikan dalam diamku
Karena inilah satu - satunya penetral rasa yang bisa kuandalkan
Hingga suatu saat nanti bisa kutumpahkan segalanya padamu, atas izinNya

Jumat, 07 November 2014

Doaku



Ya Allah…
aku memohon kepadaMu
Bantu aku melembutkan hati dan tutur kata kepada kedua orangtuaku
Perbaiki budi pekertiku
Haluskan tindak lakuku dihadapan mereka
Jadikan aku anak yang sholeha
Ya Allah…
Jadikan aku anak yang membaawa kebaikan di dunia dan akhirat bagi kedua orangtuaku
Anak yang membuat mereka bangga dan bahagia

Ya Allah…
Berilah mereka balasan yang sebaik – baiknya atas kasih sayang dan jasa – jasa yang mereka berikan kepadaku
Tempatkanlah mereka di tempat yang paling mulia atas perhatian dan kesabaran yang mereka curahkan untukku
Jagalah mereka sebagaimana mereka telah menjagaku

Ya Allah…
Terkadang aku tak mengerti
Kadang aku tak peduli
Kesedihan dan kesusahan apa saja yang pernah mereka derita karena ulahku
Jadikanlah itu sebagai penyebab terhapusnya dosa – dosa mereka
Dengan perkenanmu Ya Allah
Kabulkanlah permintaanku, Amin



Jumat, 25 April 2014

Hanya DIA dan Malaikatku



“Kalau lagi ada masalah jangan dipendam sendiri, cerita. Kalo terus-terusan dipendam nanti kamu kepikiran terus, lalu ujung – ujungnya sakit, buat apa ada orang tua, ada kakak, ada abang, ada teman-teman jika kamu gak bisa share yang kamu alami dan rasakan pada mereka”

Ya, begitulah komentar orang – orang tentang sifatku yang lumayan tertutup mengenai hal – hal apa yang  sebenarnya sedang terjadi pada diriku. Baik itu suatu kesedihan bahkan kebahagiaan sekalipun.
Aku hanya bisa mengekspresikan 2 hal : aku sedang sedih atau aku sedang bahagia. Semua orang mungkin bisa tau hanya dengan melihat tingkahku. Aku yang tidak begitu lihai menyembunyikan apa yang sedang kurasakan apakah itu sedang sedih atau sedang senang. Tapi untuk alasan mengapa hal itu terjadi padaku, aku selalu membuat pilihan untuk tidak membaginya pada orang lain. Terutama jika itu mengenai kesedihan. 

I just don’t know what to say. No words can describe.

Pola pikirku sederhana, ketika ada sesuatu yang membuat pikiran dan perasaanku rapuh dan berantakan, aku berpikir tak kan ada seorangpun yang bisa betul – betul memahaminya. Aku hanya akan semakin menguras pikiran dan perasaanku untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi padaku kepada oranglain.

Siapa yang bisa mengerti apa yang aku rasakan tanpa harus menjelaskannya terlebih dahulu? Tidak ada.

Siapa yang bisa mengerti apa yang aku rasakan jika kata – kata yang keluar dari mulutku tak sepenuhnya mewakili apa yang sebenarnya terjadi? Tidak ada.

Siapa yang bisa mengerti apa yang aku rasakan jika ketika hendak menjelaskan justru hanya air mata yang keluar sedang kata – kata tertahan tak tersuarakan? Tidak ada.

Siapa yang bisa mengerti?

Yang bisa mengerti hanya DIA, DIA yang menciptakanku, DIA yang bisa mengendalikan pikiranku yang overthinking, DIA yang bisa menguatkan perasaanku yang sensitif.

Bercerita kepadaNya adalah satu cara yang membuatku bisa menenangkan diri.
Menyebut namaNya adalah satu cara yang membuatku bisa mengendalikan diri.
Bersyukur kepadaNya adalah satu cara yang membuatku bisa bertahan.
DIA juga telah mengirimkanku malaikat yang membuatku memiliki tempat untuk bersandar dan menumpahkan segala yang tertahan.

Ketika aku mengatakan “I’m Fine” dan malaikat itu mengatakan “You’re not” lalu memelukku seolah memberiku pertanda bahwa menangislah sekarang, lepaskanlah sekarang, sembunyikanlah semuanya dibalik pelukan ini. Ya! Ini adalah cara jitu malaikat itu memahamiku tanpa perlu bertanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Dan malam ini aku merindukan pelukan itu, dadaku sudah terlalu sesak, mataku sudah terlalu sembab, hatiku sudah terlalu luka, aku merindukan malaikatku, aku merindukan ibuku...



Sabtu, 03 Agustus 2013

Setia dan Memantaskan




Pergilah kemanapun hatimu mau
Biarkan dia menuntunmu
Bagiku menunda cinta sampai pada waktunya, itulah kata yang tepat

Aku disini sedang setia menunggu
Menunggu dia yang telah disiapkan Allah untuk membimbingku meraih surgaNya
Menunggu dia yang akan membangunkanku untuk menunaikan sholat malam bersama
Menunggu dia yang mencintai Tuhannya melebihi cintanya padaku
Menunggu dia yang akan membuatku semakin mencintai Tuhanku
Aku yakin saat ini dia juga sedang setia menungguku
Dia sedang memantaskan diri untuk bisa bersamaku

Menunggu adalah keahlianku
Jadi jangan khawatir
Aku tidak akan berpaling
Aku disini juga sedang memantaskan diri untuknya
Aku tak ingin membuatnya kecewa ketika bertemu denganku
Makanya aku akan persiapkan semuanya dari sekarang

Aku tak ingin menjadi bunga layu yang madunya telah habis dihisap kumbang lain
Aku akan menjaga maduku, menjaga mahkotaku yang hanya akan kupersembahkan untuknya
Tak akan kubiarkan orang lain menyentuh sesuatu yang telah kupersiapkan sedemikian rupa untuknya
Hanya untuknya
Dan sekali lagi aku yakin dia juga lakukan hal yang sama

Jika aku menginginkan dia yang taat agamanya,
Menjadikan Allah dan RasulNya sebagai cinta yang utama,
Menyayangi orangtua dan keluarganya,
Tutur lembut dan budi pekerti,
Berilmu dan bermanfaat untuk sesama,
Menjaga diri dan hatinya hanya untuk orang yang akan menjadi pendampingnya kelak (untukku)
Tentu aku juga harus melakukan hal yang sama seperti apa yang kuinginkan tersebut
Aku juga harus taat pada agamaku,
Mencintai Allah dan Rasulku,
Menyayangi kedua orangtua dan keluargaku,
Bertutur lembut dan berbudi pekerti,
Memiliki ilmu yang bermanfaat,
Serta menjaga diri dan hatiku hanya untuknya yang telah dituliskan namanya oleh Allah di Lauhul Mahfuzh untuk kelak hidup bersamaku

Kenapa aku begitu yakin?
Ya, karena aku percaya pada Tuhanku
Bukankah Dia pernah mengatakan bahwa sesuatu yang baik diperuntukkan untuk yang baik pula? Dan begitu sebaliknya  
Jadi kenapa harus khawatir?
Tidak ada alasan bagiku untuk tidak yakin bahwa dia juga sedang melakukan hal yang sama dengan apa yang kulakukan sekarang
Jika aku lakukan hal yang buruk, dia juga akan lakukan hal yang sama
Dan aku tak akan pernah membiarkan itu terjadi
Maka dari itu karena aku menginginkan dia yang baik, tentu aku harus baik pula
Semoga Allah menuntunku 0:)

Hingga nanti akhirnya kami dipertemukan
Sungguh tak bisa kubayangkan betapa bahagianya ketika kami bertemu
Kami yang telah lama saling setia dan memantaskan diri
Hingga akhirnya Allah berbaik hati mempertemukan kami
Maha besar Allah dengan segala kemurahan hatiNya, membayangkannya saja aku sudah begitu bahagia, senyum kecil terlukis diwajahku :)

Sekarang tak akan ku gelisah lagi
Tidak khawatirkan kesendirian di dunia yang hanya sebentar masa
Lebih layak aku khawatirkan kesendirian saat hanya ada aku dan Allah yang bertanya
Awalnya mungkin semua ini terasa susah
Kedepan semua akan baik – baik saja
Satu hari semua akan indah
Saat hati terpaut Allah saja

Amin Ya Rabbal Alamin

Jumat, 02 Agustus 13
Mentari yang menunggu...


Senin, 27 Agustus 2012

Diam

Diam adalah caraku untuk mengatakan bahwa aku lelah tidak didengarkan dan tidak dimengerti
Diam adalah caraku untuk menenangkan hati yang takut dan khawatir akan masa depan
Diam adalah caraku untuk menerima apa yang akan terjadi di luar kehendak dan kuasaku
Diam adalah jurus handalku untuk tidak menangis
Diam adalah caraku untuk bersabar
Diam itu lebih baik, menurutku


IBU

Dialah bimasakti jiwa
Jagad hati yang tak bertepi
Simbol nyata sebuah cinta

Hatinya mampu menyayangi sedalam samudera
Semurni embun dalam rahim awan

Tak terkontaminasi

Dia memiliki cinta yang tak tereja
Kata demi kata melebur menguraikannya
namun tak satupun yang mampu mewakilinya

Dialah gelar tertinggi peradaban
Dan aku memanggilnya, IBU

me and mom